Pada tanggal 7 Maret 2017, layanan peer to peer (P2P) lending Amartha mengumumkan kalau mereka baru saja mendapat pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia (MCI). Turut serta dalam investasi tersebut Lynx Asia Partners, serta investor mereka sebelumnya, yaitu Beenext dan Midplaza Holding.
Meski enggan menyebut nominal pasti pendanaan tersebut,CEO MCI Eddi Danusaputro menyatakan kalau investasi untuk Amartha ini nilainya tidak jauh berbeda dengan investasi Seri A pada umumnya, yaitu antara US$2 juta (sekitar Rp26 miliar) hingga US$5 juta (sekitar Rp66 miliar).
“Kami akan menggunakan dana segar tersebut untuk mengembangkan sisi teknologi dari layanan kami, agar pengguna bisa lebih mudah dan nyaman menggunakannya,” tutur Andi Taufan Garuda Putra, CEO Amartha, kepada Tech in Asia Indonesia.
Sistem tanggung renteng yang jadi pembeda
Amartha sendiri merupakan layanan P2P lending yang cukup unik, karena menerapkan sistem tanggung renteng. Mereka hanya akan memberikan pinjaman kepada anggota kelompok warga berjumlah sekitar lima belas hingga dua puluh orang, yang telah mereka bina di berbagai desa. Apabila ada seorang anggota kelompok tersebut yang tidak mengembalikan pinjaman, maka anggota lain harus bertanggung jawab untuk melunasinya.
Anggota dari kelompok tersebut bisa mengajukan pinjaman sekitar Rp3 juta hingga Rp10 juta yang bisa mereka gunakan untuk membangun usaha. Amartha sendiri meraih pendapatan dengan cara menarik komisi baik dari peminjam, maupun dari pemberi pinjaman ketika mereka akan menerima pengembalian dana.
Pergantian konsep bisnis
Ketika berdiri pada tahun 2010 silam, Amartha sebenarnya mengawali bisnis mereka dengan konsep balance sheet lending. Sehingga, uang yang diberikan kepada peminjam berasal dari kantong mereka sendiri, atau dari perusahaan yang bekerja sama dengan mereka. Baru pada tahun 2016 yang lalu mereka mengubah model bisnis mereka menjadi P2P lending, dan memungkinkan setiap individu untuk menjadi investor di platform mereka.
Hingga saat ini, Amartha telah menyalurkan pinjaman kepada sekitar 30 ribu pengusaha mikro dengan nominal lebih dari Rp68 miliar. Prestasi ini berhasil mereka raih sembari mempertahankan tingkat kredit macet tetap nol persen selama tujuh tahun berturut-turut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar